ILMU

Carilah karunia ilmu dengan sungguh-sungguh, maka buah pencarian itu akan setaraf dengan kesungguhan kita.

Indonesia

Keanekaragaman budaya tidak membuat bangsa ini terpecah belah,namun semua itu menjadi satu kesatuan yang utuh,saling menjaga dan menghargai demi keutuhan bangsa yang kita cintai.

KEBAHAGIAAN

Orang yang paling bahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik,mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik disetiap hal yang hadir dalam hidupnya

MIMPI

Salah satu kelemahan kita adalah mudah terbuai oleh mimpi-mimpi. Kita hanya larut dalam mimpi, tetapi tidak bergerak bekerja untuk meraihnya.

Terima kasih anda sudah berkunjung di Website KREASI | Sebuah Kreasi yang mencoba memberikan pengetahuan untuk melangkah dalam masa depan yang Gemilang | Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Anda |

Kamis, 29 November 2012

Hidup Adalah Perjuangan

Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR.
Seorang yang dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata
Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
Tetap semangat….
Tetap sabar….
Tetap tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.

Cerita Cinta Seorang Suami Kepada Istri

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun
sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.
Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya,
“Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”
Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa
menunggunya selesai bicara.
Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.
Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?”
Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.
Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.
Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.
Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke!
Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,
“Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata,
“Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku,
“Apa seperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng,
“Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Semoga Beermanfaat...

Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Media pembelajaran yang  beraneka ragam jenisnya  tentunya  tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam  memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni 1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran; 2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran; 3) kemudahan memperoleh media; 4) keterrampilan guru dalam menggunakannya; 5) tersedia waktu untuk menggunakannya; dan 6) sesuai dengan taraf berfikir anak. Sepadan dengan hal itu I Nyoman Sudana Degeng (1993; 26-27) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru/pendidik dalam memilih media pembelajaran, yaitu: 1) tujuan instruksional; 2) keefektifan; 3) siswa; 4) ketersediaan; 5) biaya pengadaan; 6) kualitas teknis. Selanjutnya menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992/1993: 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu: 1) tujuan; 2) karakteristik siswa; 3) alokasi waktu; 4) ketersediaan; 5) efektivitas; 6) kompatibilitas; dan 7) biaya.
            Berkaitan dengan pemilihan media ini, Azhar Arsyad (1997: 76-77) menyatakan bahwa kriteria memilih media yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran; 3) praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; dan 6) mutu teknis. Selanjutnya Brown, Lewis, dan Harcleroad (1983: 76-77) menyatakan bahwa dalam memilih media perlu mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: 1) content; 2) purposes; 3) appropriatness; 4) cost; 5) technical quality; 6) circumstances of uses; 7) learner verification, and 8) validation.
            Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pada prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dan saling melengkapi. Selanjutnya menurut hemat penulis yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis, biaya, fleksibilitas, dan kemampuan orang yang menggunakannya serta alokasi waktu yang tersedia. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hal ini akan  diuraikan sebagai berikut:
1.      Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada  sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk tujuan-tujuan itu. Sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai dengan karakteristik media yang akan digunakan.
2.      Keefektifan. Dari beberapa alternatif media yang sudah dipilih, mana yang  dianggap paling efektif untuk mencapai  tujuan yang telah ditetapkan. 
3.      Peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ketika kita memilih media pembelajaran berkait dengan peserta didik, seperti: apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik itu kemampuan/taraf berpikirnya, pengalamannya, menarik tidaknya media pembelajaran bagi peserta didik? Digunakan untuk peserta didik  kelas dan jenjang  pendidikan yang mana? Apakah untuk belajar secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar/kelas? Berapa jumlah  peserta didiknya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya? Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh? Pertanyaan-pertanyaan tersebut  perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran.
4.      Ketersediaan. Apakah  media yang diperlukan itu sudah tersedia? Kalu belum, apakah media itu dapat diperoleh dengan mudah? Untuk tersedianya media ada beberapa alternatif yang dapat diambil yaitu membuat sendiri, membuat bersama-sama dengan peserta didik, meminjam menyewa, membeli dan mungkin bantuan.
5.      Kualitas teknis. Apakah media media yang dipilih itu kualitas baik? Apakah memenuhi syarat sebagai media pendidikan? Bagaimana keadaan daya tahan media yang dipilih itu?
6.      Biaya pengadaan. Bila memerlukan biaya untuk pengadaan media, apakah tersedia biaya untuk itu? Apakah yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat dan hasil penggunaannya? Adakah media lain yang mungkin lebih murah, tetapi memiliki keefektifan setara?
7.      Fleksibilitas (lentur), dan kenyamanan media. Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya.
8.      Kemampuan orang yang menggunakannya. Betapapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat yang banyak bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.
9.      Alokasi waktu, waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran. Untuk itu ketika memilih media pembelajaran kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti; apakah dengan waktu yang tersedia cukup untuk pengadaan media, apakah waktu yang tersedia juga cukup untuk penggunaannya.

Perkembangan Bahasa Pada Anak

Perkembangan Bahasa Pada Anak
 
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa dapat dipelajari dalam kejadian pada masa bayi, masa kanak – kanak awal, pertengahan dan akhir masa anak – anak, serta masa remaja. Berikut ini ada perkembangan bahasa pada anak :
1.                  Masa Bayi, pengenalan bahasa mengalami kemajuan melalui sejumlah kejadian dalam masa bayi.

Pada masa bayi perkembagan bahasa mempunyai beberapa tahapan yaitu :
a.    ReflexsiveVocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
b.   Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
c.    Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….” atau celotehan.
d.   Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu. Bayi biasanya mengutarakan kata pertama mereka pada usia 10-13 bulan.
e.    TrueSpeech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa. Pada usia 18 ini, bayi biasanya telah mulai merangkai dua kata bersama – sama.
1.      Masa Kanak – kanak Awal, seiring anak – anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak lebih cepat ke dalam kombinasi tiga, empat, dan lima kata. Transisi dari kalimat sederhana untuk mengekspresikan proposi tunggal menjadi kalimat kompleks, dimulai antara umur 2-3 tahun dan berlanjut ke tahun – tahun sekolah dasar (Bloom, 1998). Perubahan substansial dalam pragmatik terjadi selama masa kanak – kanak awal. Sekitar umur 3 tahun, anak – anak meningkatkan kemampuan mereka untuk berbicara mengenai hal – hal yang tidak hadir secara fisik. Artinya, mereka mengalami kemajuan dalam penguasaan atas karakteristik - karakteristik bahasa yang dikenal sebagai pemindahan.

2.      Masa Kanak – kanak Pertengahan dan Akhir, perkembangan perbendaharaan kata terus berlanjut pada tingkat yang mengagumkan, bagi sebagian besar anak pada usia – usia sekolah dasar. Anak – anak menjadi semakin mampu untuk memahami dan menggunakan tata bahasa yang kompleks. Kesadaran metalinguistik juga meningkat selama tahun – tahun sekolah dasar. Kesadaran metalinguistik merujuk pada pengetahuan mengenai bahasa, yang memungkinkan anak – anak untuk ‘ berpikir mengenai bahasa mereka, mamahami apakah kata itu, dan bahkan mendefinisikannya’ (Berko Gleason, 2005, hal. 4). Anak – anak juga membuat kemajuan dalam memahami bagaimana cara menggunakan bahasa dalam cara yang sesuai kultural – pragmatik.

3.      Masa Remaja, perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan kompleksitas dalam penggunaan kata – kata. Seiring dengan berkembangnya pemikiran abstrak, remaja menjadi jauh lebih baik dibandingkan anak – anak dalam menganalisis fungsi yang dimainkan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Remaja juga mengembangkan kemampuan yang lebih cerdik dalam menggunakan kata – kata. Pada masa remaja, perubahan bahasa meliputi penggunaan kata yang lebih efektif, peningkatan dalam kemampuan untuk memahami metafora, sindiran, dan karya sastra orang dewasa, serta menulis. Selain itu pengaruh pergaulan dalam masyarakat ( teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak ( remaja ) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus (bahasa prokem).

B.     Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak

1.      Umur Anak
Bertambah umur anak semakin matang pertumbuhan fisknya, bertambah pengalaman dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
2.      Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah- daerah terpencil dan di kelompok sosial lain.

3.      Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda- tanda memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkolerasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata- kata yang di ingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.      Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik baagi perkembangan bahasa anak- anak dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat di tiru oleh anak- anak dan anggota keluarga yang status sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga pengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.




BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Demikian tahap- tahap bagaimana proses perkembangan bahasa yang dialami oleh anak sejak masa bayi hingga masa remaja. Setiap anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda, hal itu dikarenakan perbedaan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. kemampuan dari dalam diri masing- masing anak dan lingkungannya salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan bahasa.
b.      Saran
Sebagai orang tua sebisa mungkin harus mengetahui saat anak mengalami proses perkembangan bahasa agar orang tua bisa emberikan stimulus yang sesuai dengan tahapan perkembangan bahasa anak. Kecerdasaan bahasa pada anak tidak akan bisa didapat jika tidak didukung secara aktif oleh orang tua. Didalam berkomunikasi dengan anak, orang tua haruslah mengucapkan kata-kata yang tidak kasar dan tidak membentak. Orang tua harus memberikan teladan yang baik dan positif pada anak, sehingga diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki budi pekerti dan santun budi dalam bahasanya.







DAFTAR PUSTAKA
Ø  Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya : 2004
Sarwono, S.W. 2000. Psikologi Remaja. Jakart

Penyebab Alexa Rank Membesar

Alasan dan Sebab Kenapa alexa Rank Anda Membesar

Alexa adalah salah satu rank yang sangat di perhatikan oleh para blogger selain pagerank. Banyak blogger yang uring-uringan jika alexa blognya memburuk dan terus memburuk. Akibatnya, gairah untuk melakukan aktifitas blogging pun menurun. Mungkin ada beberapa hal yang terlupa sehingga anda harus kehilangan angka demi angka dari alexa rank tersebut. Lalu apa hal-hal yang terlupakan tersebut? Mungkin beberapa hal di bawah ini lah Alasan dan Sebab Kenapa alexa Rank Anda Membesar:
1. Frekwensi Update
Ini adalah kunci utama bagi anda para blogger yang baru memasuki kawasan blogosphere (Blogger newbie), miss Alexa sangat menyukai blog baru yang rajin update. Bahkan miss alexa pernah menurunkan Alexa blog ini sampai belasan juta dalam waktu satu minggu karena update sampai 3 kali dalam sehari. Bagaimana? Anda tertarik untuk mulai rajin update?

2. Traffic
Coba perhatikan trafik anda, mungkin selama ini anda kurang melakukan promosi ke berbagai social media atau ke blog tetangga. Cobalah untuk berusaha memperkenalkan blog anda kepada dunia agar trafik anda meningkat dan otomatis Alexa anda juga.

3. Alexa Toolbar
Jika bukan trafik penyebabnya, lalu bagaimana dengan pengunjung anda? Apakah pengunjung anda sudah memasang toolbar Alexa? Jika belum, cobalah ajak mereka untuk memasang alexa toolbar pada browser mereka.

4. Persaingan
Semakin tinggi anda memanjat maka akan semakin kencang angin yang menerpa. Begitu pula dengan Alexa, jika alexa rank anda sudah sangat baik namun akhir-akhir ini memburuk, coba tingkatkan kualitas blog anda. Karena semakin banyak blog-blog baru yang bermunculan dan otomatis persaingan semakin ketat.

Mungkin itu saja beberapa Alasan dan Sebab Kenapa alexa Rank Anda Membesar. Karena itulah pengalaman yang saya alami dalam mempertahankan alexa rank blog ini.

Cara cepat meningkatkan ranking Alexa

Cara cepat meningkatkan ranking Alexa

Alexa rank adalah peringkat suatu website berdasarkan jumlah pengunjung. Peringkat yang diberikan Alexa oleh suatu website memang bisa sampai puluhan juta, tapi bukan berarti semakin tinggi peringkat dari Alexa maka website anda memiliki peringkat yang tinggi pula. Namun sebaliknya. Karena sistim penilaian peringkat dari Alexa adalah semakin kecil semakin bagus. Maka dari itu, semakin kecil peringkat Alexa suatu website, maka artinya semakin website tersebut semakin tinggi posisinya di mata Alexa.
Namun kali ini saya akan share tentang cara meningkatkan peringkat Alexa untuk blog yang benar-benar baru. Sederhananya, cara untuk mendapatkan ranking alexa untuk blog yang baru dibuat. Trik ini tidak jauh berbeda seperti trik-trik umum lainnya dalam meningkatkan penilaian dari Alexa. Berikut caranya,



- Cari pengunjung sebanyak-banyaknya.
Dalam hal ini, jika blog anda memang benar-benar baru dibuat, anda bisa mencari pengunjung dengan cara blogwalking dan berkomentar di blog tetangga.
- Instal Alexa Toolbar di web browser anda.
- Pasang widget Alexa di blog anda.
- Up date blog setiap hari.
Ketika blog anda baru dibuat, pastinya blog anda tidak memiliki peringkat Alexa. Solusinya, rajin-rajinlah up date blog anda setiap harinya. Kalau perlu, dalam sehari bisa posting 2 artikel atau lebih.
- Bertukar link dengan blog lain yang peringkat Alexanya lebih tinggi dari blog anda.
- Buat postingan tentang Alexa di blog anda.
Poin terakhir ini saya juga masih belum jelas secara pastinya sih. Tapi jika blog anda memang benar-benar baru, 5 poin di atas menurut saya rasanya sudah cukup. Karena dengan ke-5 trik di atas, eksperimen saya membuktikan dalam waktu kurang dari 1 bulan, peringkat Alexa beberapa blog baru saya sudah bisa di bawah 10jutaan. Not bad lah.. tetapi untuk konteks lainnya, maka dari itu saya coba deh bikin artikel tentang cara cepat meningkatkan Alexa

oke,,, semoga bermanfaat sobat....

Memahami Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan

PEMBAHASAN

Pendidikan secara umum adalah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaqnya, sejak dilahirkan hingga dia mati. Atau usaha sadar seorang pendidik kepada peserta didik dalam melatih, mengajar berbagai ilmu pengetahuan (Civic Education Society; 2002).
Pendidikan ini juga diatur dalam syari’at Islam dalam surat Al-Qashas: 77 sebagai berikut:



“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”[1]

Education (pendidikan) dan jiwa keagamaaan sangat terkait, karena pendidikan tanpa agama ibaratnya bagi manusia akan pincang. Sedang jiwa keagamaan yang tanpa melalui menegemant pendidikan yang baik, maka juga akan percuma. Dengan kata lain, pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang.

A.     Pendidikan Keluarga.
Barang kali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak pada masa bayi sampai sekolah memiliki lingkungan tunggal, Yaitu keluarga. Makanya tidak mengherankan jika Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anank-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bangun dari tidur hingga saat akan tidur kembali, Anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan keluarga(Gilbert Highest, 1961:78).[2]
Bayi yang baru lahir merupakan  mahluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh bebagai kemampuan yang bersifat bawaan, Disini terlihat oleh berbagai aspek yang kontradiktif. Disatu pihak bayi bayi berada dalam kondisi tanpa daya, Sedang dipihak lain bayi mempunyai kemampuan untuk berkembang (exploratif). Tetapi menurut Walter Houston Clark, Perkembangan bayi tidak dapat berlangsung secara normal tanpa adanya interfensi dari luar, Walaupun secara alami ia memiliki potensi bawaan. Seandai nya bayi dalam pertumbuhan dan perkembangan nya hanya diharapkan menjadi manusia normal sekalipun, Maka ia memerlukan berbagai persyaratan tertentu serta pemeliharaan yang berkesinambungan (W.H.CLrak,1964:2).[3]
Dua ahli psikologi prancis bernama Itar dan Sanguin pernah meniliti anak-anak asuhan srigala. Mereka menemukan dua orang bayi yang dipelihara oleh sekelompok srigala disebuah gua, Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namun, Kedua bayi tersebut tidak menunjukkan kemampuan yang seharus nya dimiliki manusia pada usia kanak-kanak. Tak seorangpun diantara keduanya mampu mengucapakan kata-kata, kecuali aungan sekor srigala. Keduanya juga berjalan merangkak dan makan dngan cera menjilat. Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih runcing menyrupai taring srigala. Setelah dikembalikan kelingkungan masyarakat mnusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan srigala tak dapat menyesuikan diri, dan akhir nya mati.
Contoh diatas menunjukkan bagaimana pengaruh pendidikan, Baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap massa depan perkembangan seorang anak. Meskipun seorang anak /bayi manusia yang dibekali sebuah potensi kemanusiaan, Namun dilingkungan pemeliharaan srigala tersebut potensi tidak berkembang.
Kondisi  seperti itu tampak nya menyebabkan manusia memerlukan pemeliharaan, Pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan baik dan benar. Manusia memang bukan mahkluk yan instintik  secara utuh, Sehingga ia tidak mungkin berkembang dan tumbuh secara instingtif sepenuh nya. Makanya menurut W.H. Clrak, bayi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu pengawasan serta pemeliharaan terus menerus sebagai latihan dasar dalam pembentukan dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap-sikap tertentu agar ia memiliki kemungkinanuntuk berkembang secara wajar dalam kehidupan dimassa depan.
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalh pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi ank-anaknya  karena secara kodrat ibu dan ayah diberikan anugerah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul kasih sayangpara orang tua terhadap anak mereka, sehingga secara moral kedua nya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi  , melindungi, serta membimbing keturunan mereka.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H.Clark, berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit diidentifikasi secara jelas, karena masalah menyangkut kejiwaan, manusia begitu rumit dan kompleksnya. Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sederhana tersebut, Agama terjalin dan terlibat didalam nya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu berkembang. Dalam kaitan pula itulah terlihat peran pendidikan keluarga,dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak, Maka. Tak mengheran kan jika Rosul menekan kan tanggung jawab itu pada kedua orang tua.
Dalam al-quran maupun hadist telah dijelaskan bahwa:
1.      Dalam surat At Tahrim ayat 6 dikemukakan “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dan keluargamu dari api neraka
2.      Nabi SAW bersabda “setiap anak yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanya lah yang meyahudikan, menasranikan atau memajusikannya.[4]
B.     Pendidikan Kelembagaan.
  Di masyarakat primitif lembaga pendidikan secara khusus tidak ada. Anak-anak umumnya dididik dilingkungan keluarga dan masyarakat lingkungan nya. Pendidik secara kelembagaan memang belum diperlukan, karena fariasi profesi dalam kehidupan belum ada. Jika anak dilahirkan dilingkungan keluarga tani, Maka dapat dipastikan ia akan menjadi petani seperti orang tua dan masyarakat lingkungan nya. Demikian pula anak seorang nelayan, Ataupun anak seorang pemburu.
Sebaliknya, dimasyarakat yang telah memiliki peradaban modern, tradisi seperti itu tak mungkin dipertahankan. Untuk menyeleraskan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, Seseorang memerlukan pendidikan. Sejalan dengan kepentingan itu, Maka dibentuk lembaga khusus yang menylenggarakn tugas-tugas kependidikan dimaksud. Dengan demikian, Secara kelembagaan maka sekolah-sekolah pada hakikat nya adalah merupakan lembaga pendidikan yang artifisialis (sengaja dibuat).
Selain itu, sejalan dengan fungsi dan peranan nya, maka sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelajud dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka diserahakn kesekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan massa depan anak-anak, terkadang para orang tua sangat efektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin saja para orang tua yang berasal dari keluarga taat beragam akan memasukkan anak-anak nya kesekolah agama. Sebalik nya, para oarang tua lain lebih mengarahkan anak mereka kesekolah umum. Ataau sebalik nya orang tua yang mengendalikan anak nya sulit bisa juga para orang tua memasukkan anak nya ke  sekolah Agama dengan tujuan pembentukan kepribadian yang lebih baik.
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar menerima pendidikan agama yang dibarikannya.
Menurut Mc Guire proses perubahan sikap dari tidak menerima ke sikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap. Proses pertama adalah adanya perhatian; kedua, adanya pemahaman; dan ketiga, adanya penerimaan (Djamaluddin Ancol: 40-41). Dengan demikian pengaruh kelembagaan pendidikan dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak, sengat tergantung dari kemampuan para pendidik untuk menimbulkan ketiga proses itu:
Pertama, pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka guru agama harus dapat merencanakan materi, metode serta alat-alat bantu yang menungkinkan anak-anak memberikan perhatiannya.
Kedua, para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberkannya. Pemahaman ini akan lebih mudah diserap jika pendidikan agama yang diberikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi tidak terbatas plada kegiatan yag bersifat hafalan semata.
Ketiga, penerimaan siswa terhadap meteri pendidikan agama yang diberikan. Plenerimaan ini sangat tergantung dengan hubungan antara materi dengan kebutuhan dan nilai bagi kehidupan anak didik. Dan sikap menerima tersebut pada garis besarnya banyak ditentukan oleh sikap pendidik itu sendiri, antara lain memiliki keahllian dalam bidang agama dan memiliki sifat-sifat yang sejalan dengan ajaran agama, seperti jujur dan dapat dipercaya. Kedua ciri ini akan sangat menetukan dalam mengubah sikap para anak didik.


C.     Pendidikan di Masyarakat.
 Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi pendidikan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidiklan dan lingkungan masyarakat. Kerasian antara ketiga lapangan pendidikan ini akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Seperti diketahi bahwa dalam keadaan yang ideal, pertumbuhan seseorang menjadi sosok yang memiliki kepribadian terintegrasi dalam berbagai aspek mencakup fisik, psikis, moral dan spritual (M.Buchori: 155). Maka menurut Wetherington, untuk mencapai tujuan itu perlu pola asuh yang serasi, menurutnya ada enam aspek dalam mengasuh pertumbuhan itu,  yaitu:
1.      Fakta-fakta asuhan;
2.      Alat-alatnya;
3.      Regularitas;
4.      Perlindungan; dan
5.      Unsur waktu (M.Buchori: 156).[5]
 Wetherington memberi contoh mengenai fakta asuhan yang diberikan kepada anak kembar yang diasuh di lingkungan yang berbeda. Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa ada perbedaan antara keduanya sebagai hasil pengaruh lingkungan. Selanjutnya ia mengutip hasil penelitian Newman tentang adanya perbedaan dalam lingkungan sosial dan pendidikan menghasilkan perbedaan-perbedaan yang tidak dapat disangkal. Dengan demikian menurutnya, kehidupan rumah (keluarga) yang baik dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang penting dalam perubahan psikis (kejiwaan) dan dalam suasana yang lebih kaya pada suatu sekolah perubahan-perubahan semacam itu akan lebih banyak lagi (M.Buchori: 156).
Selanjutnya karena asuhan terhadap perumbuhan anak harus berlangsung secara teratur dan terus-menerus. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat akan memberikan dampak dalam pembentukan pertumbuhan itu. Jika pertumbuhan fisik akan memberhenti saat anak mencapai usia dewasa, namun pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Hal ini menunjukkan bahwa masa asuhan di kelembagaan pendidikan (sekolah) hanya berlangsung selama waktu tertentu. Sebaliknya asuhan oleh masyarakat akan berjalan seumur hidup. Dalam kaitan ini ada pula terlihat besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan dapat dikuasai hanya dengan mengenal saja. Menurut Emerson, norma-norma kesopanan menghendaki adanya norma-norma kesopanan pula pada orang lain. (M.Buchori: 157).
Dalam ruang lingkup yang lebih luas dapat diartikan bahwa pembentukan nilai-nilaikesopanan atau nilai-nilai yang erkaitan dengan aspek-aspek spritual akan lebih afektif jika seseorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh, hasil penelitian Masri Singarimbun terhadap kasus kumpul kebo di Mojolama. Ia menemukan 13 kasus kumpul kebo ini ada hubungannya dengan sikap toleran masyarakat terhadap hidup bersama tanpa nikah (Djamaluddin Ancok: 27). Kasus seperti itu mungkin akan lebih kecil di lingkungan masyarakat yang menentang pola hidup seperti itu.[6]
Di sini terlihat hubungan antara llingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai agama. Di lingkungan masyarakat sendiri barang kali akan lebih memberi pengaruh bagi pendidikan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan yang longgar terhadap norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan.

D.    Agama dan masalah sosial.
Tumbuh dan kesadaran agama (religions cons ciausness) dan pengalaman Agama (religions experince), ternyata melalui proses yang gradul, tidak sekaligus. Pengaruh luar sangat berperan dalam menumbuh kembangkan nya, khususnya pendidikan. Adapun pendidikan yang berpengaruh, yakni pendidikan dalam keluarga. Apabila dalam lingkungan keluarga anak-anak tidak diberikan pendidikan agama, biasanya sulit memperoleh kesadaran dan pengalaman agama yang memadai.
Pepatah mengatakan : ”Bila anak tidak dididik oleh oarang tuanya, maka ia akan dididik oleh siang dan malam.” Maksud nya pengaruh lingkungan nya akan mengisi dan memberi bentuk dalam jiwa anak itu. Dalam kehidupan dikota-kota basar, Anak-anak kehilangan dari hubungan dengan orang tua cukup banyak, mungkin dikarenakan faktor ekonomi, hingga harus ikut mencari nafkah seharian ataupun karena mereka yatim piatu. Anak-anak ini sering disebut anak jalanan.
Dalam kesehariaan nya, nanak-anak ini umumnya tergabung dalam kelompok pengamen, pemulung, pengemis,dan sebagainya. Mengamati linkungan pergaulan nya sehari-hari serta kegiatan yang mereka lakukan, maka kasus anak jalalan selain dapat menimbulkan kerawanan sosial,juga kerawanan dalam nilai-nilai keagamaan. Selain latar belakang sosial ekonomi, mereka ini tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh bimbingan keagamaan. Bahkan, dikota-kota besar, mereka ini seakan sudah terbentuk menjadi golongan tersendiri dalm masyarakat, Yakni masyarakat rentan.
Sebagi masyarakat rentan, golongan ini seakan berada diluar lingkaran budaya dan tradisi masyrakat umum. Boleh dikatakan mereka mempunyai “budaya” sendiri yang terbentuk diluar kaidah-kaidah dan nilai yang berlaku atau pola fikir,kehidupan yang cenderung permisif (serba boleh).
Bila konflik agama dapat ditimbulkan oleh tindakan radikal, karena sikap fanatisme agama, maka dalam kasus anak jalanan ini, mungkin sebaliknya. Konflik dapat terjadi karena kosong nya nilai-nilai agama. Dalam kondisi kehidupan yang seperti ini, tindakan emosional dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini dikarenakan tidak adanya nilai-nilai yang dapat mengikat dan mengatur sikap dan perilaku yang negatif.dengan demikian, mereka akan mudah terprofokasi oleh sebagi isi yang berkembang.
Dalam kontes ini sebenarnya institusi pendidikan agama dapat berperan. Demikian organisasi keagamaan. Membiarkan anak jalanan ataupun menyerahkan semua kepada pemerintah, bagai manapun bukan sifat yang arif. Kasus anak jalanan napak nya memang memerlukan penanganan yang serius. Selain menjadi masalah sosial, kasus ini juga menjadi bagian dari masalh keagamaan. Sebagai aplikasi dari kesadaran agama.

E.     Pengaruh Pendidikan Terhadap Psikologi Agama
Psikologi agama yang mempelajari rasa agama dan perkembangannya mempunyai peranan yang saling korelatif dalam pendidikan agama islam. Pendidikan islam sebagi sebuah upaya penyadaran terhadap umat islam akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Pertumbuhan rasa agama akan semakin meningkat dan juga bisa dihubungkan dengan kondisi di sekitarnya, baik sosial,ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Peran psikologi agama dalam pendidikan islam lebih memudahkan pemahaman masyarakat dalam menelaah agama secara komprehensif. Agama tidak dipandang hanya sebagi kebutuhan orang-orang tertentu, tapi agama memang menjadi kebutuhan setiap pribadi seseorang yang menjadikan perkembangan pribadi secara psikisnya.




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa Pendidikan agama dalam pendidikan islam sangatlah penting sekali, sebab dengan adanya pendidikan agama, manusia akan lebih dekat dengan Tuhan, dan keimanan mereka akan semakin kuat. Pendidikan sangatlah  berpengaruh terhadap jiwa keagamaan seseorang, khususnya dalam pembentukan pribadi atau pembentukan watak. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat kecerdasan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah yang maha esa. oleh karena itu pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan sangatlah penting untuk diketahui guna untuk menanamkan rasa keagamaan pada seorang anak didik. Diantara pengaruhnya adalah pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan dan pendidikan di masyarakat.


B.     Saran
      Kita semua harus pandai dalam memilih dan menelaah pendidikan yang kita peroleh, agar jiwa keagamaan kita dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan syariat islam.














DAFTAR PUSTAKA


Ali Ashraf, Horison. 1993. Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus

Prof.Dr.H Jalaludin.Psikologi Agama (edisi revisi 2004). rajawali Pers: Jakarta.

 Jalaludin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT Rajawali Grafindo
Amin, Syamsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010
Mujib, Abdul. Nuansa-Nuansa Psikologi Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Ishomuddin. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002
Prof.Dr.H Jalaludin.Psikologi Agama (edisi revisi 2002). Rajagrafindo persada Pers: Jakarta.



 


[1] Al Quran Surat Al-Qashas: 77
[2] Jalaluddin. 2002.Psikologi Agama.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Hal.211
[3] Jalaluddin. 2002.Psikologi Agama.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Hal.211

[4] Yusuf Syamsu,2004.psikologi perkembangan anak ramaja.Bandung:PT Remaja rosdakarya offset
[5] Ali Ashraf, Horison. 1993. Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.hal 34

[6] Jalaludin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT Rajawali Grafindo